Misteri Khilafah Bani Umawiyah
Sebagaimana yang
kita bincangkan di ruangan yang lepas, antara kesalahan khalifah-khalifah Bani
Umayyah adalah mencaci maki Saidinah Ali bin Abu Talib di masa hidup dan
sesudah kematian beliau. Jika kita boleh meninjau persoalan ini dari segi
politik, maka kita ingin menyebutkan di sini bahwa Bani Umaiyah terpaksa
melakukan tindakan-tindakan itu, untuk membelokkan rakyat umum dari pemujaan
terhadap keluarga Ali, yang semata-mata hanya berdasar kepada kedudukan
orang-orang itu sebagai "Ahlilbait" atau "Keluarga
Rasulullah", tidak lebih dari itu! Maka alasan Bani Umaiyah mencaci Ali,
dan dengan menumpahkan kepadanya segala kekurangan-kekurangan, demi untuk
menjaga keselamatan pemerintahan mereka. Umar bin Abdul Aziz, salah seorang
dari Khalifah-Khalifah besar Bani Umaiyah, pernah menjelaskan hal ini dalam
percakapannya dengan bapanya yang bernama Abdul Aziz bin Marwan. Umar berkata:
"Ayahku Abdul Aziz bin Marwan, bila berpidato
amatlah lancar dan lantang suaranya, tetapi bila ia hendak menyebut nama
Amirul-Mu'minin — Ali bin Abu Talib — dalam pidatonya, ia terpegun-pegun. Aku
tanyakan kepadanya tentang hal itu, ia menjawab: "Anakku, rupanya engkau
perhatikan keadaanku?" Aku jawab: "Ya!" Lalu ia berkata:
"Anakku, kau harus tahu, bahawa rakyat umum, seandainya mereka mengenal
Ali itu sebagaimana yang kita kenal, nescaya mereka semua akan meninggalkan
kita dan akan berpihak kepada puteranya".
Di
sini teranglah bahwa caci-maki yang dilancarkan Bani Umaiyah kepada Ali itu
hanyalah untuk "mengubati" rakyat umum. Kita percaya bahwa seorang
yang meninggalkan Mu'awiyah dan berpihak kepada Ali, dapat mengemukakan
alasan-alasan untuk membenarkan tindakan itu. Tetapi kenyataannya, rakyat umum
meninggalkan Mu'awiyah dan bergabung kepada putera Ali bukanlah kerana
kecekapan yang dimilikinya, dan bukan pula kerana keunggulannya dalam bidang
politik atau di medan perang, tapi hanya semata-mata kerana dia putera Ali!
Tidak lebih dari itu. Dan sentimen rakyat umum inilah yang mendorong Bani
Umaiyah untuk mencaci Ali dan menumpahkan segala keburukan kepadanya, walaupun
besar kemungkinan bahawa hati-nurani sendiri mengingkari perkara-perkara itu.
Yang menyebabkan
kita berusaha mencarikan alasan semacam itu untuk Mu'awiyah dalam sikapnya
mencaci Ali itu adalah kenyataan bahawa Mu'awiyah itu terkenal sebagai orang
yang lapang-hati, penyantun dan suka memberi maaf. Dan kelapangan-hatinya ini
telah terbukti pada sikapnya terhadap Amru Ibnul-As sehingga ia telah merangkul
Amru ke pihaknya. Pada hal hubungan antara Mu'awiyah dan Amru ini bukanlah
hubungan yang mesra. Begitu juga Mu'awiyah telah memperlihatkan
kelapangan-hatinya itu terhadap Ziyad bin Abihi, padahal Ziyad ini dulunya
salah seorang dari pengikut-pengikut Ali yang setia dan sangat
benci kepada Mu'awiyah. Setelah Ali meninggal, Mu'awiyah memberikan jaminan
keamanan dan pengampunan untuk Ziyad dan bahkan ia berusaha mengambil hatinya.
Selain itu Mu'awiyah juga telah menunjukkan kemurahan-hatinya kepada
al-Mughirah bin Syu'bah yang telah menjauhkan diri dari kekacauan. Begitu pula
terhadap Marwan Ibnul-Hakam yang pernah memberikan bai'ah (sumpah-setia) untuk
pengangkatan Ali menjadi Khalifah. Akhirnya begitu pula terhadap yang
lain-lainnya, seperti putera-putera Ali: Hasan dan Husain, sehingga mereka ini
tidak pernah mengalami hal-hal yang tidak baik di masa hidup Mu'awiyah dan
Mu'awiyah tidak pernah mengurangi sedikitpun jua apa-apa yang telah dijanjikannya
kepada mereka. Jadinya faktor yang mendorong Mu'awiyah melanjutkannya sikapnya
mencaci Ali itu ialah keinginannya hen-dak memperkokoh kekuasaannya dengan
mengalihkan perhatian rakyat umum dari Ali dan putera-puteranya.
No comments:
Post a Comment