DENGAN nama Allah
yang Mahatinggi dan Mahabesar, kita mulai perbahasan tentang sejarah
Khilafah Umayyah, serta gerakan-gerakan yang berhubungan dengan
alam fikiran dan gerakan-gerakan revolusi yang terjadi pada masa itu. Kita menyedari bahawa kesukaran-kesukaran yang dihadapi oleh setiap orang yang sedang
mengadakan perbahasan tentang sejarah di zaman Bani Umayyah. Banyak faktor yang disengajakan
atau tidak telah menyebabkan merosotnya nilai sejarah Bani Umaiyah. Hampir
semua buku-buku sejarah yang ada pada masa kini sangat kurang pujian dan sanjungan terhadap sebahagian besar khalifah-khalifah
yang pernah berkuasa dalam Daulah Umayyah itu (kecuali beberapa buku yang ditulis oleh Dr Mohd Asri Zainul Abidin). Tetapi sebaliknya, dalam
kebanyakan buku-buku tersebut terdapat tuduhan-tuduhan dan kecaman-kecaman terhadap
mereka dengan panjang-lebar dan dalam buku-buku yang lain pula agak sederhana. Yang paling lunak di antaranya hanya membatasi penulisan mereka dengan sekadar
menyebutkan celaan-celaan sahaja.
Apakah
gerangan yang menyebabkan timbulnya keadaan semacam itu? Dan bagaimanakah
caranya supaya kita dapat menyingkapkan keadaan yang sebenarnya?
Jawabnya
ialah: Bani Umaiyah sering terpaksa melawan kelompok Bani Hasyim.
Mu'awiyah misalnya, terpaksa berjuang melawan Ali, dan ia telah berhasil
mencapai kemenangan. Yazid, putera Mu'awiyah, berjuang melawan Husain, putera
Ali, dan akhirnya Husain tewas. Begitu pula cucu Husain, iaitu Zaid bin Ali,
bersama puteranya yang bernama Yahya, telah tewas dalam pertempuran-pertempuran
melawan pasukan Bani Umaiyah. Tetesan darah mereka besar pengaruhnya kepada
para ahli-riwayat dan para penulis buku-buku sejarah. Ahli-ahli-riwayat dan
penulis-penulis sejarah dari golongan Syi'ah umpamanya, dengan keras menyatakan kemarahan terhadap Bani Umaiyah, dan mereka gambarkan Bani Umaiyah
itu sebagai manusia-manusia yang kasar dan buas.
Adapun ahli-ahli sejarah di luar golongan Syi'ah, tidaklah berpendapat
seperti itu. Akan tetapi mereka berusaha sedapat mungkin untuk tidak
menyinggung perasaan umum. Mereka lebih mengutamakan keselamatan diri. Sebab itu
mereka menghindari pembicaraan-pembicaraan mengenai masalah tersebut di atas,
atau kalau membicarakannya hanyalah sepintas lalu saja.
Tidak
dapat dibantah bahawa situasi akan berbeza samasekali seandainya tuduhan
memberikan perlindungan kepada pembunuh-pembunuh Khalifah Usman dan kemudian
membentuk tentera dari mereka ini, dilemparkan oleh Mu'awiyah kepada orang
lain, bukan kepada Ali. Begitu juga seandainya Yazid bin Mu'awiyah dulunya
tidak memusuhi dan menewaskan Husain bin Ali. Jadi sebenarnya masalah ini
bukanlah merupakan suatu kesalahan besar dalam sejarah. Soalnya ialah keinginan
suatu golongan untuk mengambil keuntungan dari tetesan darah Ah/ilbait
(keluarga Rasulullah) itu. Orang-orang Syi'ah atau penganjur-penganjurnya telah
menggunakan peristiwa itu sebagai senjata untuk merangsang pendapat umum
terhadap Bani Umaiyah. Di masa itu orang-orang Syi'ah ini sering menjadi
gerombolan-gerombolan yang menimbulkan huruhara dan mencetuskan
pemberontakan-pemberontakan, walaupun mereka ini sebenarnya tidak mempunyai
hubungan darah samasekali dengan Ali dan anakcucunya. Malah seringkali
orang-orang inilah yang menipu dan mengkhianati Ali dan keturunannya atau
kata-kanlah: orang-orang Syi'ah inilah sebenarnya yang telah membunuh mereka
dengan pedangnya, dan setiapkali mereka selesai membunuh, mereka pura-pura
meratapi si korban, dan menuntut bela atas kematiannya itu.
Gerombolan
pengacau yang serupa ini amatlah ditakuti dan telah menyebabkan gentarnya para
ahliriwayat sehingga mereka tidak berani meriwayatkan apa yang sebenarnya dapat
mereka riwayatkan tentang kejayaan Bani Umaiyah. Demikian pula hal-nya dengan
para penulis sejarah. Merekapun merasa takut, sehingga tidak berani menuliskan
keterangan-keterangan ahli riwayat yang telah sampai kepada mereka. Dengan demikian
hilang-lenyaplah sejarah dalam kegelapan yang ditimbulkan oleh kezaliman
orang-orang yang menamakan diri mereka Syi'ah Ahlilbait padahal mereka
itu sebenarnya merupakan musuh yang paling jahat terhadap Ahlilbait dan juga
terhadap Islam.
Sebelum
fakta-fakta sejarah itu sempat dituliskan, Daulah Umawiyah telah runtuh. Di
atas puing-puing keruntuhannya itu berdirilah Daulah Abbasiyah. Daulah
Abbasiyah telah mengikis sisa-sisa kejayaan Bani Umaiyah yang masih ada. Malah
mereka telah melakukan hal-hal yang menambah gelap dan buruknya sejarah Bani
Umaiyah itu.
Tak dapat dibantah
bahwa pada hakikatnya orang-orang Alawiyin — iaitu pengikut-pengikut Ali r.a. —
lebih banyak menderita di bawah penindasan Bani Abbas dibanding kepada penderitaan
yang mereka alami kerana tindakan-tindakan Bani Umaiyah. Akan tetapi
fakta-fakta itu tidak tercatat dengan sempurna dalam sejarah, kerana Daulah
Abbasiyah itu telah diberkati dengan umur panjang, dan di masa kekuasaan mereka
pulalah baru dimulainya pembukuan sejarah. Sebab itu, apa-apa yang ditulis oleh
ahli-ahlisejarah di masa itu terang terpengaruh oleh kekuasaan Bani Abbas.
Yazid bin Mu'awiyah telah dituduh
sebagai seorang yang bodoh dan jahat perangai. Begitu pula Yazid bin Abdul
Malik dan puteranya yang bernama al-Walid. Tetapi tanpa ragu-ragu bahawa ada
berpuluh-puluh orang di antara Khalifah-Khalifah Abbasiyin dan Fatimiyin yang
sama bodoh dan jahat perangainya juga. Dalam pada itu sejarah telah menutupi
banyak di antara keburukan-keburukan mereka. Ahli-ahli sejarah di masa itu
telah menumpahkan segala kekurangan-kekurangan tersebut kepada Bani Umaiyah
dengan cara mencari-cari ke sana-sini sebab-sebab kekurangan itu.
Kalau di sini kita tidak
mengemukakan Khalifah-Khalifah Bani Umaiyah yang dianggap sebagai orang-orang
yang lemah dan orang-orang semacam itu pada hakikatnya selalu ada dalam
tiap-tiap negara manapun jua — namun di sini kita akan menyebutkan nama
beberapa orang Khalifah Bani Umaiyah yang dapat diletakkan pada taraf yang
tertinggi, sejajar dengan nama ahli-ahli politik ulung di seluruh dunia, yang
telah muncul pada tiap-tiap masa sejarah. Tanpa ragu-ragu, kita cantumkan di
antara nama-nama itu: Mu'awiyah, Abdul Malik bin Marwan, al-Walid bin Abdul
Malik dan Umar bin Abdul Aziz, serta beberapa orang Khalifah Bani Umaiyah yang
pernah memegang kekuasaan di Andalusia. Dan tanpa ragu-ragu pula, kita dapat
menegaskan bahwa amat sedikitlah jumlah Khalifah-Khalifah Abbasiyin, Fatimiyin
dan Adarisah (Idrisyah), yang dapat menandingi Khalifah-Khalifah Bani Umaiyah
yang kita sebutkan di atas.
Yang anehnya bahawa ahli-ahli sejarah
pada zaman kita ini, baik dari golongan kaum Muslimin sendiri, ataupun dari
puak orientalis, menerima apa-apa yang ditulis oleh sejarah zaman dahulu itu
sebagai fakta-fakta yang benar. Sebab itulah pembahasan-pembahasan sejarah yang
dilakukan pada zaman moden ini kebanyakannya sangat jauh dari rasa keadilan.
Sepatutnya sejarah Bani Umaiyah ini ditinjau kembali dan diulang menulisnya.
Penulisannya harus berdasarkan kepada fakta-fakta yang benar, yang dapat dicari
dan dilihat pada bekas-bekas peradaban dan kebudayaan yang ditinggalkan oleh
Bani Umaiyah disaksikan di Damaskus (Damsyik) dan lain-lain ibukota
negara-negara Islam di Andalusia (Sepanyol).
No comments:
Post a Comment