Wednesday, June 26, 2024

BALI KALAH MELAWAN SASAK ⛵**


Setelah Demak berdiri, para penganut Hindu melarikan diri ke pulau Bali. Di sana, mereka mengumpulkan kekuatan untuk merebut kembali pulau Jawa dari Islam. Kekuatan besar dari pulau Bali menyerbu Demak yang dipimpin oleh orang-orang dari daerah Klungkung. Bali bergabung dengan Kediri (menurut catatan Tome Pires, Kediri atau Daha memiliki 200 ribu prajurit bersenjata lengkap). Pertempuran dahsyat terjadi di Wirasaba (Jombang). Dalam pertempuran tersebut, gabungan pasukan Bali dan Kediri dapat dikalahkan. Arya Damar, pemimpin Bali, dan Adipati Andayaningrat, pemimpin Daha, dapat dikalahkan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1513. Ini tercatat dalam Tome Pires, Suma Oriental, juga bab Cirebon. Dengan kekalahan Bali dan Kediri, kesempatan untuk merebut kembali Jawa hilang selamanya.

Kediri akhirnya dihancurkan oleh Demak yang dipimpin oleh Sunan Kudus pada tahun 1527. Kekalahan Kediri dari Demak menyebabkan pusat kebudayaan Jawa pindah ke Jawa Tengah hingga hari ini (sebagai standar dan paket bahasa serta politik dan budaya etnis Jawa).


Sedangkan Demak berhasil mengislamkan Lombok. Sunan Prapen dan pengikutnya adalah penyebar agama Islam di sana. Pulau Bali dikuasai oleh Islam di barat (Jawa) dan di timur (Lombok).


**Bali di Bawah Sasak dan Kegagalan Bali di Pulau Jawa**


Bahkan di bawah Aji Krahengan, suku Sasak mengalahkan Bali. Sasak sering menyerbu pulau Bali dan setiap pertempuran pasukan Bali (Kerajaan Gelgel) kalah dan banyak tentaranya tewas.

Sebenarnya pada tahun 1520-an, Bali berada di bawah pengaruh Lombok. Ini berdasarkan berita dalam 2 naskah Bali yaitu Dwijendra Tatwa dan Babad Dalem. Dari berbagai sumber diceritakan ketika kerajaan Sasak diperintah oleh Sri Aji Krahengan, Gelgel sering menerima serangan dari pasukan Sasak, hingga akhirnya karena kewalahan dan gelisah tentang pertempuran tersebut. Waturenggong, raja Gelgel saat itu, memerintahkan Dahyang Nirartha, pionir utama di kerajaan Gelgel, untuk menemui raja Sasak. Misinya adalah untuk menawarkan perdamaian, hingga ke istana kerajaan Sasak, Dahyang Nirartha disambut dengan hormat oleh Sri Aji Krahengan. Di hadapan Sri Aji Krahengan, Dahyang Nirartha menekankan pentingnya perdamaian antara Lombok dan Bali. Sri Aji Krahengan menyambut perdamaian yang ditawarkan oleh Gelgel. Momen penting pertemuan diplomatik ini terjadi pada bulan Oktober 1530 Masehi, perjanjian perdamaian ini dikenal sebagai "Perjanjian Aji Krahengan". Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Bali dan Lombok berlangsung sejak tahun 1500-an.


Karena kalah, Bali kemudian meminta perdamaian kepada masyarakat Sasak.

Jembatan di bawah Sri Aji Krahengan adalah kelanjutan visi Majapahit sebagai pemersatu Nusantara. Telah mengirimkan ekspedisi militer ke Bali (Babad Dalem & Babad Dwijendra Tatwa) antara tahun 1520-1530 dan ke Sunda Kelapa pada tahun 1520-an (Ridwan Saidi).

Menurut Dr. Sugianto Sastrodiwiryo dalam bukunya Perjalanan Dang Hyang Nirartha dan Sir Alfred Wallace dalam bukunya The Malay Archipelago, ibu kota Kerajaan Sasak berada di Cakranegara sekarang.

Jadi, ketika Fatahillah menyerbu Portugis di Batavia, di wilayah Mataram sudah ada kerajaan dengan rajanya yang terkenal Sri Aji Krahengan. Sejumlah sejarawan menduga bahwa pemerintahan Sasak berbasis di wilayah Cakranegara saat ini.


Kemudian, pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir utara Jawa juga membawa perubahan di kota ini. Babad Lombok mencatat kedatangan rombongan Sunan Prapen dengan misi Islamisasi. Periode ini diperkirakan sekitar tahun 1545.

Gelombang ini datang dari timur ke barat dan diyakini meninggalkan banyak pengikut yang kemudian bercampur dan menetap di Lombok.

Masih menurut Babad Lombok, gerakan Islamisasi terhenti ketika rombongan memasuki wilayah Mataram. Tepatnya di Penjara, sebuah desa tua Sasak yang dulu memilih tetap berpegang pada ajaran lama.

Kemudian, selain membawa agama baru, campuran imigran dari Pulau Jawa juga akan melengkapi pengaruh budaya Jawa di Lombok yang telah datang sebelumnya.

Di antaranya, dalam nama-nama tempat yang dibawa dari Jawa. Sebutlah nama-nama Mataram, Pajang, Kediri, Singasari, Sesela, Surabaya, Kuripan dan lainnya. Nama-nama daerah Jawa tersebar merata di Pulau Lombok.


Sumber: Sejarah Agung Nusantara